- haroldhd2000
Laptop Harga 10 Juta, Murah apa Mahal? Jangan Julid Dulu.
Hi, kembali lagi ke blog HDT. It's been a while since my last blog, but better late than nothing kan? Kali ini saya akan mencoba membahas mengenai sebuah topik yang dalam 1 minggu terakhir ini banyak dibahas didunia maya dan juga pemberitaan, yaitu pengadaan laptop untuk digitalisasi sekolah. Singkat cerita, dari total anggaran 17 Triliun Rupiah, pemerintah menganggarkan 2,4 Triliun Rupiah untuk pengadaan 240.000 unit laptop dan perangkat lainnya untuk digitalisasi sekolah. Selayaknya masyarakat terpelajar, pasti kita langsung berhitung secara matematis. Mau di hitung dengan kalkulator, sempoa ataupun kertas buram maka jawaban singkatnya harga per laptopnya adalah kurang lebih 10 Juta Rupiah. Laptop 10 Juta Rupiah.. sounds promising.
Permasalahannya di mulai bukan dari angka 10 Juta Rupiahnya, tapi apa yang di dapatkan dari harga segitu? dari berbagai sumber dikatakan bahwa dengan spesifikasi seperti itu harganya seharusnya bukan 10 Juta Rupiah. Bahkan dengan dibandingkan dengan beberapa produk yang memiliki kemiripan, secara spesifikasi "katanya" harganya cuma 5 Jutaan saja. Okeh, kalau mau julid bisa aja kita julid in kenapa begini kenapa begitu, mending beli ini ketimbang beli itu. Tapi kita gak akan kearah sana. Iya, kalau anda yang lagi baca pengen melihat sentimen sensitif saya terhadap isu, anda salah besar. Apakah dengan spek yang sama dengan merek di sebelah maka komputer untuk digitalisasi sekolah ini berati overprice? apakah dikorup? engga.. saya gak akan kearah sana. Saya akan membahas bagaimana sebuah industri bisa membuat sebuah produk hingga akhirnya bisa keluar harga. So, here we go!! let's talk about it.
New Product Development. Itu nama keren atau nama teoritis dari pengembangan sebuah produk.
Ketika membuat perencanaan membuat sebuah produk yang akan dijual, pastinya kita harus merencanakan bagaimana produk itu bisa "sale-able" di market. "Sale-able" bukan berarti barangnya harus keren, bisa dipakai sama anak muda, bisa viral dll. Tapi underline paling mendasar adalah produk tersebut harus memiliki financial feasibilty study.
Iya, bahasa simplenya produk tersebut setara tidak antara value yang diberikan dengan harga yang ditebus. Nah, kali ini kita akan membahas komponen harga yang ditebus ya. bukan value yang di offer. so please understand this.
Oke, komponen dalam pembuatan produk sehingga financially feasible sebenarnya ada teorinya, cuma saya gak akan bahas terlalu teoritis supaya mudah dimengerti. jadi kita akan menggunakan terminologi bahasa yang mudah dan mo'on maap kalau ada yang kelewat ya. Let's begin :
1. Biaya research and development (RnD). Iya, yang namanya bikin sebuah produk untuk dijual bukan serta merta produknya jatuh dari langit kan? Bukan karna idenya tiba-tiba muncul dari mimpi dan nyocokin dengan nomor togel. Kalau mau punya produk yang kontinuity nya bagus yang dimulai dengan sebuah riset dan development. Yang perlu dipahami dalam membuat biaya RnD ini bukan hanya biaya yang ada di lab atau di workshop ya. tetapi semua biaya yang keluar pada saat nge rencanain produk ini. Termasuk uang makan siang, uang rokok, waktu, dll. Iya, kalau mau PRO ya itu di itung. Nah, secara garis besar bisa di klasifikasikan biaya tersebut dalam 2 hal :
Tangible cost / biaya yang nyata. Iya, ini bener-bener biaya yang dikeluarkan untuk memnbuat sebuah produk. Seperti biaya membuat sebuah prototipe, biaya makan siang team, biaya perjalanan dalam studi, biaya beli jurnal, biaya telepon, dll. Salah satu yang sering dilupakan orang ketika melihat sebuah produk itu adalah seperti komponen A di gabung sama komponen B jadi deh. Gak segampang itu. Sebuah prototipe yang baik, selain sudah menjalani proses fusi teori tapi juga sudah menjalani sebuah uji kualitas dan uji waktu. Contoh kalau kasus laptop, yang performa penggabungan 2 komponen tersebut sudah sesuai dengan performa yang diharapkan belum? kalau buka aplikasi target 1 detik, kenyataan gak? kalau lebih, ya harus ada yang di improve. Proses nya di ulang lagi sampai ke titik yang di harapkan. Selain itu ada ada lagi uji waktu. laptop di nyalain berapa hari tanpa berenti. ada komponen yang rusak gak? itu juga harus di test. dan ingat, semua ada biaya nya, dan harus di hitung!
Intangible cost / biaya yang terlihat tidak nyata. Iya, biaya-biaya seperti ini biasanya seperti pengalaman kerja, tacit knowledge, kebijaksanaan dalam memutuskan sesuatu, waktu yang berjalan dalam menjalankan RnD tersebut, dsb. Banyak literasi yang mengatakan bahwa komponen-komponen tersebut bisa di masukkan ke dalam gaji pegawai yang bersangkutan. Namun menurut saya gak semua bisa terukur dengan gaji, seperti waktu. Namun, at the end semua yang intangible hakekatnya harus di tangible kan. Tinggal yang menentukan seberapa presisi konversi biaya intagbible dan tangible tersebut.
2. Biaya produksi. Nah, pasti pada tau donk kalau kita mau jualan barang harus tau dulu harga produksinya berapa? masa iya, kita bikin barang seharga Rp. 10.000 di jual seharga Rp. 5.000? gak mungkin kan? kalau sebaliknya baru make sense. Nah, harga produksi itu kita sebut seperti yang di bawah.
COGS atau banyak di sebut cost of goods sold. Adalah bahasa keren dari harga pokok produksi. Inget ya, harga pokok. jadi kalau satu produk adalah gabungan antara kompionen A seharga 100 dan komponen B seharga 100 dengan biaya instalasi 10 maka harga pokok produksi simpelnya adalah 100+100+10=210. Nah, yang biasanya masuk ke komponen COGS biasanya ada beberapa hal seperti :
Biaya material (hardware dan software)
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Saya yakin yang baca ini bisa paham konsep COGS yang ada di atas ya, namun ada 1 aspek dalam biaya material yang perlu dipahami yaitu Minimun Order Quantity. Kita percaya ya, kalau kita beli barang 1 harga 1000 kalau beli 5 mungkin harganya gak jadi 5000, bisa jadi 4500. sampai situ paham ya? Konsep yang sama dengan minimun order quantity ini.
Kalau kita mau menekan angka produksi sampai titik terendah dalam skala bisnis / produksi (equilibrium price) ya, kita mesti produksi sebanyak-banyak nya. Artinya jual sebanyak-banyak nya juga. Jadi, harus bijak menyikapi harga komponen material laptop yang di produksi 1 juta unit pasti akan lebih murah dengan mateiral laptop yang diproduksi hanya 240.000 unit. Paham ya?
3. Pajak. Iya, seharafiah itu, Pajak. sebuah cost yang di perhitungkan. Masa iya pajak gak di itung. gak usah di jelasin kan ya?
4. Margin. Bahasa mudahnya keuntungan yang di set untuk setiap produk yang di tawarkan. Iya, kalau di aturan akunting ada namanya laba bersih dan laba kotor. Tapi yang pengen di tekankan pada konten ini adalah seberapa besar laba yang harus dibuat agar bisnis ini bisa balik modal cepat. Jangan lupa semua cost yang ada di atas yang sudah di jelaskan harus di bagi dengan proyeksi penjualan dalam satu satuan waktu sehingga kita bisa buat depresiasi nya. Nah, laba dikurangi depresiasi itulah yang harus diperhatikan agar laba bersih tersebut bisa membuat bisnis kita balik modal cepat dan menguntungkan investor.
Oke, dengan seluruh konsep diatas, kita balik lagi ke laptop 10 juta dengan spek kaya gitu bisa dijulid in gak? kalau lo dah bisa cari tau semua komponen di atas dan menemukan bahwa harga produksi nya beserta pajak, margin dll nya gak setara 10 Juta, baru boleh julid.
Yang perlu diingat sekali lagi sebelum Julidin Laptop harga 10 juta sekali lagi adalah :
berapa biaya riset dan development nya?
berapa harga pokok produksi nya?
berapa pajak?
berapa margin yang ada?
berapa biaya transportasi dari gudang ke sekolah sasaran?
Inget sekali lagi, gak apple to apple ketika bandingin laptop yang di set target produksi nya 240.000 dengan laptop pasaran yang mungkin bisa di produksi sampai Juta an unit. inget ya, harga minimum order quantity nya aja dah beda. depresiasi nya juga beda. Be wise and smart.
Terlepas dari sisi bisnis yang di atas, saya condong setuju untuk spesifikasi laptop yang digunakan tidak harus yang bagus (baca : secukupnya). Melihat kecenderungan beberapa bocil yang sudah bisa operasikan laptop / komputer ada kecenderungan laptop tersebut dipakai buat main games. Jadi gak bijak kan? bisa sih di disable untuk install program nya, tapi dengan skala sebesar ini, sepertinya butuh effort keras kearah sana.
Sip, saya rasa sampai disitu aja dulu pembahasan nya, tulisan ini tidak ditulis untuk mendukung salah satu pihak, hanya ingin melihat sebuah kasus dari sudut pandang yang berbeda agar meningkatkan kecerdasarn bangsa. cah elaaahh.
Dah lah ya, stay safe and healthy folks!
PS: Waktu tulisan ini dibuat, lagi booming Ikoy-Ikoyan. Jangan Ikoy-ikoy an ama saya. Situ jangan jadi modern beggar dah.